Keberanian melantaikan BUMN dan BUMD ke bursa efek mestinya juga diimbangi dengan semangat untuk mengelola secara kredibel. Insiden yang menerpa Garuda bisa jadi pelajaran penting ke depannya, apalagi kebetulan dua komisioner yang menolak laporan keuangan adalah mereka yang memegang sebagian saham PT Garuda Indonesia.
Kepercayaan publik tetap akan sangat dibutuhkan negara dalam pembangunan. Jangan sampai mencederainya hingga masyarakat merasa enggan untuk ikut memilikinya.
Ketiga, ada baiknya jika BUMN dan BUMD juga dikelola sebagai soko guru perekonomian. Jejaring antara BUMN dan BUMN, BUMN dan BUMD, atau BUMN/D dan masyarakat perlu dibangun dan difasilitasi sebagai bagian dari hulu dan hilir yang sifatnya berkasih. Kriterianya cukup sederhana, yaitu terpusat pada bagaimana sistem operasional yang menawarkan efisiensi, profit, dan stabilitas dalam jangka panjang.
BUMN/D perlu menjalankan skema bisnis yang dinamis agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Untuk itu inovasi juga perlu dijalankan oleh BUMN/D. Selain itu juga perlu memerhatikan dan memanfaatkan potensi lokal sebagai bagian dari jantung hidupnya.
Misalnya ketika minyak fosil ketersediaannya sudah tidak lagi efisien dalam jangka panjang, mereka perlu menghidupkan sumber daya alternatif yang terbarukan seperti energi matahari, air, angin, atau hasil olahan pertanian.
Gerakan-gerakan untuk menghidupkan energi alternatif memang sudah dimulai di beberapa wilayah dan tindakan tersebut juga butuh political will yang kuat agar dapat segera dimassalkan. BUMN/D juga bisa berdampak banyak terhadap ekonomi lokal melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil yang hidup di sekitar lokasi perusahaan.
Caranya bisa dengan melakukan pendampingan bisnis melalui corporate social responsibility (CSR), menjadikan mereka sebagai mitra perusahaan, atau bahkan sekadar menampung mereka sebagai penyedia makanan/minuman yang dapat dinikmati karyawan BUMN/D.